Rabu, 27 November 2013

contoh cepren


mimpi yang tak pernah usai

Semua ini merupakan perjalanan seorang gadis kecil yang beranjak dewasa ia bernama Andin. Dulu sewaktu dia masih duduk dibangku taman kanak kanak hidupnya amatlah senang, sepeti yang dirasakan anak anak lainnya.. senang karena mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Tapi sayang, setelah dia baru saja duduk di bangku sekolah dasar kesenangan itu berakhir karena sebuah masalah yang menyebabkan kedua orangtuanya berpisah. Waktu itu mungkin Andin tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada keluarganya, tetapi saat dia beranjak dewasa dia baru mengerti dan baru menyadari apa yang terjadi pada keluarganya.. ya, sebuah perpisahan yang awalnya dia pikir “Ayah pasti kembali lagi” ternyata itu salah.. semenjak kejadian itu Ayahnya tidak pernah mencari Andin ataupun menanyakan kabar Andin, hilang seperti ditelan bumi.
Setiap hari Andin selalu menanti Ayahnya kembali, dia selalu bermimpi Ayahnya pulang ke rumah! Tapi ketika dia sadar semua itu hanyalah sebuah mimpi.. Hari demi hari telah berlalu, tak terasa sudah 9 tahun semenjak kepergian Ayahnya, Andin masih saja belum bertemu dengan Ayahnya, dia sempat berpikit “Kenapa Ayah tega, kenapa Ayah tidak mencariku. Aku rindu Ayah” dia selalu berharap bisa bertemu dengan Ayahnya, walaupun hanya sekejap.. dia sempat merasa kecewa, karena setelah lamanya masa penantian yang dia lewati, Ayahnya tak kunjung datang, Ayah Andin tak mencari Andin.. jangankan mencari menanyakan kabarnya pun tidak.
Andin sempat bertekad mencari Ayahnya, karena dia masih ingat tempat Ayahnya tinggal dulu. Tetapi dia selalu teringat pesan Ibunya “Jangan cari Ayah kamu ya din, biarkan Ayah kamu yang mencarimu” itulah yang membuat dia tidak mengunjungi Ayahnya.
Suatu hari tanggal 27 Mei 2011 tante Andin melahirkan, kebetulan rumah tante Andin sangat dekat dengan rumah Ayahnya. Saat itu dia berpikir “aku ingin pergi kesana, memanfaatkam kesempatan ini untuk melihat Ayah, aku tidak akan menemuinya. Aku hanya ingin melihatnya dari kejauhan aku harap ibu tidak kecewa” seketika Andin langsung membujuk Ibunya supaya Andin saja yang pergi kesana, dan ibu istirahat.. ibu Andin pun mengijinkan Andin pergi kesana, dan sempat berpesan “Hati hati ya Din, kalau kamu bertemu dengan Ayahmu kamu cukup tersenyum saja ya.. karena Ayahmu tak kan mengenalimu. Ibu hanya tidak mau kamu kecewa” Andin sempat putus asa dan berpikir “memang benar kata Ibu, Ayah tidak mungkin mengenaliku. Aku sudah lama tak bertemu dengan Ayah, tapi tak apa apa aku hanya ingin melihat keadaan Ayah saat ini” dia pun pergi menuju rumah tantenya itu, saat dia sampai disana “kok depan rumahnya sepi ya” Tante Andin bilang “mereka sudah tidak tinggal disini lagi Andin, mereka semua pindah dan gak ada yang tau” mata Andin sempat berkaca kaca mendengar berita itu tetapi dia tetap berusaha menahan air matanya hingga akhirnya dia pun pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah dia termenung dan hanya menatap satu satunya peninggalan Ayahnya “Boneka berkepala dua” yang dulu di belinya bersama ketika Andin masih kecil. Iya pun hanya bisa berdoa semoga suatu saat nanti mereka dipertemukan..
Doa dan harapan yang selalu menemani Andin disetiap langkahnya berharap dapat berkumpul sama seperti yang lain. Andin seorang gadis yang kuat, dia tidak pernah memperlihatkan kelemahannya di hadapan sang Ibu, baginya Ibu sumber kekuatannya.
Waktu berjalan dengan begitu tenang, ternyata Andin yang kecil kini sudah beranjak dewasa. Dia sudah duduk di bangku SMA, lambat laun dia bisa melupakan sosok Ayah dari fikirannya namun ada segudang rindu yang sudah berdebu tebal di dalam hatinya. “Ayah, aku rindu” itu yang selalu dia ucapkan sebelum dia tertidur sembari memeluk boneka pemberian Ayahnya dulu dan berharap mimpi yang akan menjembatani pertemuan kita.
“Terlalu dalam lukanya semua musnah karena waktu yang terlalu lama”

0 komentar:

Posting Komentar