mimpi yang tak pernah usai
Semua ini merupakan perjalanan seorang gadis kecil yang
beranjak dewasa ia bernama Andin. Dulu sewaktu dia masih duduk dibangku taman
kanak kanak hidupnya amatlah senang, sepeti yang dirasakan anak anak lainnya..
senang karena mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Tapi sayang,
setelah dia baru saja duduk di bangku sekolah dasar kesenangan itu berakhir
karena sebuah masalah yang menyebabkan kedua orangtuanya berpisah. Waktu itu
mungkin Andin tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada keluarganya, tetapi
saat dia beranjak dewasa dia baru mengerti dan baru menyadari apa yang terjadi
pada keluarganya.. ya, sebuah perpisahan yang awalnya dia pikir “Ayah pasti
kembali lagi” ternyata itu salah.. semenjak kejadian itu Ayahnya tidak pernah
mencari Andin ataupun menanyakan kabar Andin, hilang seperti ditelan bumi.
Setiap hari Andin selalu menanti Ayahnya kembali, dia selalu
bermimpi Ayahnya pulang ke rumah! Tapi ketika dia sadar semua itu hanyalah sebuah
mimpi.. Hari demi hari telah berlalu, tak terasa sudah 9 tahun semenjak
kepergian Ayahnya, Andin masih saja belum bertemu dengan Ayahnya, dia sempat
berpikit “Kenapa Ayah tega, kenapa Ayah tidak mencariku. Aku rindu Ayah” dia
selalu berharap bisa bertemu dengan Ayahnya, walaupun hanya sekejap.. dia
sempat merasa kecewa, karena setelah lamanya masa penantian yang dia lewati,
Ayahnya tak kunjung datang, Ayah Andin tak mencari Andin.. jangankan mencari
menanyakan kabarnya pun tidak.
Andin sempat bertekad mencari Ayahnya, karena dia masih ingat
tempat Ayahnya tinggal dulu. Tetapi dia selalu teringat pesan Ibunya “Jangan
cari Ayah kamu ya din, biarkan Ayah kamu yang mencarimu” itulah yang membuat
dia tidak mengunjungi Ayahnya.
Suatu hari tanggal 27 Mei 2011 tante Andin melahirkan,
kebetulan rumah tante Andin sangat dekat dengan rumah Ayahnya. Saat itu dia
berpikir “aku ingin pergi kesana, memanfaatkam kesempatan ini untuk melihat
Ayah, aku tidak akan menemuinya. Aku hanya ingin melihatnya dari kejauhan aku harap
ibu tidak kecewa” seketika Andin langsung membujuk Ibunya supaya Andin saja
yang pergi kesana, dan ibu istirahat.. ibu Andin pun mengijinkan Andin pergi
kesana, dan sempat berpesan “Hati hati ya Din, kalau kamu bertemu dengan Ayahmu
kamu cukup tersenyum saja ya.. karena Ayahmu tak kan mengenalimu. Ibu hanya
tidak mau kamu kecewa” Andin sempat putus asa dan berpikir “memang benar kata
Ibu, Ayah tidak mungkin mengenaliku. Aku sudah lama tak bertemu dengan Ayah,
tapi tak apa apa aku hanya ingin melihat keadaan Ayah saat ini” dia pun pergi
menuju rumah tantenya itu, saat dia sampai disana “kok depan rumahnya sepi ya”
Tante Andin bilang “mereka sudah tidak tinggal disini lagi Andin, mereka semua
pindah dan gak ada yang tau” mata Andin sempat berkaca kaca mendengar berita
itu tetapi dia tetap berusaha menahan air matanya hingga akhirnya dia pun
pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah dia termenung dan hanya menatap satu
satunya peninggalan Ayahnya “Boneka berkepala dua” yang dulu di belinya bersama
ketika Andin masih kecil. Iya pun hanya bisa berdoa semoga suatu saat nanti
mereka dipertemukan..
Doa dan harapan yang selalu menemani Andin disetiap
langkahnya berharap dapat berkumpul sama seperti yang lain. Andin seorang gadis
yang kuat, dia tidak pernah memperlihatkan kelemahannya di hadapan sang Ibu,
baginya Ibu sumber kekuatannya.
Waktu berjalan dengan begitu tenang, ternyata Andin yang
kecil kini sudah beranjak dewasa. Dia sudah duduk di bangku SMA, lambat laun
dia bisa melupakan sosok Ayah dari fikirannya namun ada segudang rindu yang
sudah berdebu tebal di dalam hatinya. “Ayah, aku rindu” itu yang selalu dia
ucapkan sebelum dia tertidur sembari memeluk boneka pemberian Ayahnya dulu dan
berharap mimpi yang akan menjembatani pertemuan kita.
“Terlalu dalam lukanya semua musnah karena waktu yang terlalu lama”
“Terlalu dalam lukanya semua musnah karena waktu yang terlalu lama”
0 komentar:
Posting Komentar